Dulu waktu tahun 1995, saya masih kelas 4 MI (Madrasah Ibtidaiyah) pernah dapat bisikan untuk puasa mutih sampai maghrib dan akhirnya dapat ilmu reflektor (mentalkan peluru). Waktu sore hari terdengar Ustadzah Indah binti main minum racun dan sekarat yang akhirnya kubuatkan susu kental dan kutitipkan ke Atin adik saya untuk diantarkan ke Ustadzah Indah tadi. Akhirnya selamat. Setelah Isya' waktu saya tidur, saya dibangunkan untuk menyelamatkan Ustadzah Indah lewat bugil bersama sambil memejamkan mata dan saya jalani, walau belum baligh secara tidak sengaja terjadi senggama sampai saya kebelet kencing dan didekap makin rapat sampai saya berteriak kebelet pipis sampai menitan dan akhirnya dilepaskan sudah keluar pipis masuk ke bagiannya dan kemaluan saya dipatah sampai pipis darah di kamar mandi. Esoknya pagi menjelang siang, saya mendapat bisikan hati keras dipanggil ustadzah Indah minta tolong datang ke rumahnya, dan saya berlari datang ternyata kampung sepi sekali semua jendela tutup mirip Hari Raya Idul Fitri semua mudik. karena mondar mandir di depan rumah Mbak Indah akhirnya ada suara sekitar rumah Mas Atul bahwa suruh menyingkir mengganggu saja jika tidak menyingkir ditembak, tiba-tiba ada bisikan untuk mengikuti dektean baca mantra ke gunung Arjuna dan saya lakoni. Tiba-tiba banyak peluru menuju aku dan saya lesi dan meledek sama anak kecil kalah apalagi saya panggilkan bapak saya. didepan langgar waqof darunnajah saya dicegat Hasim bin Khotib untuk disogok uang beli es tung tung dan diam tidak kembali lagi ke jalan masjid barat lagi termasuk rumah mbak indah, kata Andri putra BekSa Hasim pengkhianat jangan dipercaya. saya tinggal mereka berdua kembali ke rumah ketemu Bapak saya, saya bilang kampung Masjid Barat sepi mirip hari raya ada apa? Bapak saya mengecek ke jalan masjid barat dan beberapa lama saya ikuti di perempatan jalan rumah, ternyata Bapak masih selamat di depan langgar berbicara dengan Hasim. diperempatan jalan tubuhku melihatkan diri untuk memancing tembakan agar ke aku dan sukses banyak tembakan interpol mengarah padaku dan kupentalkan pelurunya sampai kehabisan peluru. Akhirnya aku lari ke rumah dan sembunyi di kamarku sekarang. selang beberapa lama terdengar adikku Tofin dibohongi bahwa aku pengkhianat negara dan pintu kamarku dibuka terlihatlah Tomi Suharto memegang pistol katanya peluru emas untuk orang kebal, mau ku lawan tempeleng seperti aku dipegangi orang ribuan setelah baca bismillah aku melompat dan ditembak meninggal dunia dan masuk surga sebagai mujahidin kecil surga Firdaus bertemu Nabi Muhammad SAW. Setelah diberi tugas oleh Allah (ternyata Tuhan Niko) untuk kembali ke dunia biar rumah tidak dirampas dan masuk Bani Tamim, akhirnya saya hidup dalam kuburan dan melihat emas setelah mendekati tidak sengaja senggama terjadi ke Maryam binti Dimyati dan ditendang perutku, akhirnya aku keluar kuburan dan telanjang sambil jalan dari kuburan Mbiru ke rumah Ronggowuni. Beberapa hari setelahnya aku sekolah dan katanya mbolos sebulan, setelah pulang sekolah aku layangan dan terdengar suara ancaman katanya dari tomi suharto dan aku tidak takut. Sambil layangan disawah Jalan Masjid Barat Utara kulesi peluru disampingku.
Tahun 2019 terbongkar bahwa di dunia roh berkata bahwa semua peristiwa 1995 karena Tomi kalah judi dengan Amerika dan harus bayar Tanah Jawa sebagai jaminannya dengan syarat tidak ada pahlawan didalamnya. Akhirnya diakal lewat interpol sok benar dan bawa keadilan untuk memilih jago memperkosa para bunga desa masing-masing kampung. Untungnya sebelum kejadian Anton cerita ke saya lewat tanding pukul dan tendangan dan kuakal cuma berteriak pura-pura dirusak padahal tidak diapa-apakan dan Anton mau seperti dugaan mbayang film Dono. Karena ada Pahlawan yaitu saya sampai meninggal akhirnya Jawa tidak jadi dikuasai dan diambil oleh USA. Katanya proyek pemerkosaan terjadi mulai bali dan seluruh Indonesia kala itu, terhenti di singosari di Jalan Masjid Barat Rumah Mbak Indah Binti Main. Ternyata Aku Pahlawan yang tidak nyadar karena kurang lengkap informasinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar